Cerita Long Distance Marriage (LDM)

4:37:00 PM

Sejak sebelum menikah, saya dan Hanif sudah tau dan memutuskan akan menjalani Long Distance Marriage (LDM) dulu sementara sampai ada rejeki untuk tinggal bareng.
Ya cita-citanya sih ya kayak pasangan pada umumnya laah. Bangun tidur langsung liat pasangan, sebelum tidur pillow talk dulu sambil dusel berdua, liburan bareng berdua--kan pas pacaran nggak pernah tuh, kalau udah agak merasa sepi, punya bayi lucu juga, lalu hidup bahagia, hapily ever after.



Realitanya:
Nyari kerja (yang cocok) dan 1 kota dengan pasangan ternyata susah. Kalau mau salah satu pihak nggak kerja, jujur dengan penghasilan Hanif sendiri saat itu, buat hidup berdua aja uangnya nge-pas. Kalau punya bayi nanti mau dikasih makan apa, bunda? kalau nggak punya-punya bayi berarti harus program hamil, yang mana biayanya nggak sedikit dan nggak ada asuransi yang mau nanggung. Liburan? boro-boro :)

Dari segala opsi yang ada, ternyata opsi yang paling ekonomis buat kami adalah LDM Jakarta - Bandung. Loh bukannya LDM itu malah menghidupi "2 dapur", belum lagi ongkos bolak-balik antar kotanya?

Ya, betul. LDM memang babi alias banyak biaya. tapi untuk kasus saya dan Hanif, biaya hidup justru paling bisa ditekan dengan LDM, kenapa?

1. Double Income
Sejak sebelum menikah, Hanif sudah kerja di Jakarta dan saya sudah kerja di Bandung. Penghasilan kami perbulan sih nggak jauh beda, tapi kalau digabungkan, ditambah tunjangan dan bonus-bonus berdua kan jadi lumayan. I love my job anyway.

Kalau kami sih sepakat your money is our money. Jadi gaji saya ya sebagian kepake-pake juga buat biaya operasional rumah tangga, dan nggak masalah. kenapa harus masalah? Kan ujung-ujungnya buat kebahagiaan bareng juga wkwk.
Jadi sistemnya Hanif tiap bulan transfer ke rekening operasional kami, setelah sebelumnya dia sisain di rekeningnya sendiri buat biaya hidup dia di Jakarta. Saya juga selalu transfer per bulan ke rekening operasional, nggak sebanyak Hanif sih. Sisanya jadi tabungan berdua. Kalau dana darurat sih alhamdulillah udah ada.

2. Tempat Tinggal
Dengan LDM, Hanif di Jakarta bisa numpang tinggal bareng sepupunya (gratis termasuk laundrynya), sementara saya di Bandung sewa rumah kecil yang masih relatif murah dibandingkan harga sewa apartment (apalagi rumah) di Jakarta. Bisa sih kalau mau lebih murah lagi ya ngekos aja, tapi ada banyak pertimbangan yang membuat kami lebih milih ngontrak rumah. Nggak usah dijelasin lah ya, panjang lagi nanti.

Kalau seandainya saya nggak kerja demi ikut Hanif ke Jakarta, artinya kami harus cari tempat tinggal di Jakarta. Terus kan saya udah nggak berpenghasilan, bonus tahunan saya pun hilang, jadi gaji Hanif nanti kepotong buat sewa tempat tinggal, atau nyicil rumah. Tempat tinggal ini mau nggak mau jadi pengeluaran paling besar. Mau usaha atau kerja yang dari rumah buat tambah penghasilan, masih belum kebayang. Makanya walaupun jadi "1 dapur" hampir bisa dipastikan cashflow-nya malah makin nggak sehat dibanding saat LDM.

Kenapa nggak ikut numpang aja ke sepupunya Hanif? karena kalau Hanif sendiri yang numpang sih rasanya nggak papa, tapi kalau berdua sama saya ikutan numpang kok kayaknya malu dan nggak enak juga wkwk. Sekali lagi, ini sih kami ya. Nggak ada maksud mendiskreditkan orang-orang yang pilih numpang tinggal ke saudaranya. Itu kan pilihan.

Kalau ada yang bilang, "aku sih mending hidup susah dari pada LDM" ya silahkan, anda aja yang jalanin, kan pilihan masing-masing. Kerjaan saya dan Hanif pun bukan untuk selamanya kok, masih ada kemungkinan kami pindah ke perusahaan lain, atau ngapain kek. Dengan begitu, masih ada harapan untuk kami tinggal bareng satu atap berdua, yang mana nggak jelas kapan wkwk.

Saya cuma LDM Jakarta-Bandung sih, masih bisa ketemu tiap weekend tapi itu aja udah terasa berat. Soalnya Jakarta-Bandung macet banget kak. Hanif sering sakit-sakit an karena capek naik travel, pernah kejebak macet sampai lebih dari 8 jam, Jakarta-Bandung doang lho!

Tiket kereta, kalau nggak beli jauh-jauh hari nggak bakal kebagian. Kalau udah beli jauh-jauh hari, seringnya harus dibatalkan karena kerjaan mendadak :') Ya nasib.

Jaman sekarang gampang sih ada hp dan bisa videocall, tapi ya nggak cukup lah! malah kami akhirnya suka bengong video-call an tapi nggak ada yang diomongin. Apalagi setelah ikut tes 5 love languange-nya Gary Chapman (bisa coba tes di sini: https://www.5lovelanguages.com/profile/couples/) our love languange sama-sama physical touch dan act of service yang mana mustahil bisa optimal kalau lagi LDM :') Makanya jadi suka berantem sepele nggak jelas maunya apa, abis baikan juga nggak bisa langsung peluk wkwk.

Orang gampang aja bilang "kok nggak kasian sama suaminya?"
padahal istrinya ya kasihan juga :')

Tips menjalani LDM lainnya yang mungkin berguna:

1. Pengertian
Sama-sama ngerti kalau yang di sini capek habis lembur dan nggak mungkin video call, ngerti kalau ada prioritas lain yang harus dikerjain. Ngerti walaupun capek, tapi yang di sana mungkin butuh ditemenin ngobrol. Gitu.

2. Komunikasi
Mau LDM atau enggak ya tetap yang paling penting komunikasi. Kami sadar kami banyak berantem karena spekulasi sendiri dan miskomunikasi. Kami nggak bisa tiap hari telponan atau video call sih, soalnya sering pulang malem karena lembur dan... jujur kadang bosen wkwk maunya ketemu, bukan sekedar telpon :" tapi ya diusahain ada lah telepon sama facetime dikit-dikit.

3. Komitmen
Saya kenal beberapa laki-laki yang bahkan TIDAK LDM tapi hobi "jajan di luar". Denger ceritanya aja kesel. Jadi kuncinya emang carilah pasangan yang baik dan banyak-banyak berdoa.

4. Nggak usah dengerin omongan nyinyir orang lain
kadang yang suka komen "kasian suaminya..." ke saya adalah orang yang saya tau banget dia hobi "jajan di luar" :). hidup emang penuh komentar netizen dan khalayak ramai. Nggak apa-apa. Dimaafin dan diikhlaskan saja. banyak-banyak beli sabar buat stock di rumah :)


Percayalah, se-untung-untungnya LDM, pasti lebih enak kalau nggak usah LDM. Jadi kami sih, kalau emang ada opsi lain, pasti lebih milih buat nggak LDM.

Jadi, semangat ya buat yang LDM. Semoga sabar dan cepat dikasih jalan untuk tinggal bareng sama-sama. Kalian bisa, kalian kuat!



You Might Also Like

23 comments

  1. mba, saran dong cari sewa rumah yg terjangkau dimana yaa?

    ReplyDelete
  2. Wah ya tergantung kamu maunya daerah mana

    ReplyDelete
  3. ketemu cerita yang hampir mirip saya baru menikah dan langsung ada tantangan LDM kondisi juga belum diberikan keturunan. ini juga udah mulai miskomunikasi. udah mulai marah2 hal kecil kalo lagi wa. jadi kadang suka males wa.

    ReplyDelete
  4. Huaaaa makasi banyak sudah menuliskan ini, kak. Saya lagi menyiapkan mental untuk LDM nih :(

    ReplyDelete
  5. Hi Teh, aku juga LDM sama suami. Kebalikannya kamu, aku yang tiap weekend ke Bandung..
    Skrg lg usaha nyari kerja nih di Bandung biar 1 atap dengan suami, hikss..
    Semangatt utk pejuang cuang rumah tangga

    ReplyDelete