Ngapain Diet?

3:31:00 PM

"Ngapain sih diet, kamu kan kurus?"


Ini pertanyaan yang paling sering saya terima ketika saya bilang nggak makan ini-itu karena kalorinya tinggi.



Ini foto yang diambil bulan Mei 2016, kira-kira empat bulan yang lalu, di perjalanan menuju pantai rancabuaya, Garut. Sekilas memang badan saya terlihat sedang-sedang saja, beberapa mengatakan terlalu kurus. Tinggi badan 156 cm, berat waktu itu 49 kg. BMI-nya sekitar 20.1 dan masih masuk dalam rentang kategori normal weight. Padahal kalau dilihat dan diukur, lingkar perutnya 76 cm. Pffft. 

Saya sempat nge-gym di HELIOS MTC, dan saya kaget waktu pengukuran awal, kadar lemak saya 30% dan tergolong obesitas. Kaget banget. Kok bisa kurus tapi obesitas? Saya sadar betul perut saya buncit sejak kuliah, paha saya juga mulai melebar dan spasi antar paha makin sempit, tapi saya juga nggak sampai beranggapan saya ini obesitas. Berjilbab juga membuat saya terlihat kurus dari luar. Lha wong sering dibilang kurus kering sama orang, dari lahir nggak pernah merasakan gendut, makan sebanyak apa pun nggak akan gendut, bahkan berat badan saya pernah hanya sekitar 39 kg saat kuliah :))

Nggak pernah merasa gendut, dan nggak terlihat gendut membuat saya berpikir kesehatan saya baik-baik saja. Ini lah yang bahaya. Karena penasaran, saya mencari tahu memangnya orang kurus bisa mengalami obesitas? siapa tahu saya ditipu sama trainer HELIOS biar rajin nge-gym. Wahaha.

Ternyata trainer saya di gym nggak bohong. Orang kurus dengan kadar lemak tinggi istilahnya adalah skinny fat, atau TOFI (Thin Outside Fat Inside). Selain bentuk badan yang jelek, kondisi ini sangat nggak sehat karena membuat kita merasa aman makan apa pun, bukan tidak mungkin lemak ini menyelubungi organ di perut.

Gimana cara benerinnya? Bukan dengan cara menyebar lemak dari perut ke pantat dan ke dada ya, gimana pula itu caranya. Gampangnya sih bakar lemaknya, lalu diganti dengan otot. Badan yang terlalu kurus juga nggak enak dilihat kan, paling sexy sih badan lean dan berotot.

Ini perbandingannya:
 










Kita nggak bisa olahraga doang tanpa atur makan atau diet. Bukan diet dengan nggak makan sama sekali dan melaparkan diri ya. Ini pernah dijelaskan @fxmario (seorang persoal trainer), kalau mau baca selengkapnya bisa di sini

Lemak mempunyai fungsi utama sebagai energi simpanan, atau cadangan. Tubuh kita akan terlebih dulu membakar energi, yang satuannya adalah kalori, baru kemudian lemak ketika tubuh sudah kehabisan energi. Sebanyak apa pun kita olahraga, kalau asupan kalorinya lebih besar, atau sangat besar dari kebutuhan tubuh, maka yang dibakar ya si kalori itu tadi, lemaknya nggak kebakar-bakar, cmiiw.

Makanya kita nggak bisa berpegang pada olahraga doang kalau makan masih awur-awuran. Beberapa artikel bahkan lebih menyarankan atur asupan makan dari pada olah raga. Tentu hasilnya nggak akan sebagus olahraga + diet.

Saya masih dalam tahap pelan-pelan mengubah pola makan dan menakar kalori yang masuk. tiga buah gorengan yang biasa kita cemil itu kalorinya sama dengan 1 piring nasi lauk. Bulan puasa tahun ini, saya benar-benar menghindari gorengan sebagai takjil, dan mengurangi minuman manis. Hanya pakai air putih dan kurma atau buah lain sebelum makan besar. Makan besar juga secukupnya tanpa kalap. Hasilnya: berat badan saya turun 3 kg menjadi 46 kg, dan lingkar perut berkurang 2 cm.

Kalau 3 kg yang hilang itu adalah lemak, mengacu pada gambar di atas, ya sangat lumayan lho.

Goal utama saya mau sehat sih, at least kadar lemak normal :))
Badan bagus ya alhamdulillah jadi bonus, perkembangan hidup sehat saya akan saya ditulis kembali di postingan lain supaya tidak terlalu panjang. Terima kasih sudah membaca!



You Might Also Like

2 comments